Permainan Ginger Bread Person
Ginger Bread Person merupakan salah satu metode yang digunakan oleh
Samue Killer dalam bukunya A Guide To Gender untuk memperkenalkan identitas gender dan seksualitas pada anak anak dengan efektif. Metode ini
mengajarkan dan mengenalkan anak mengenai perbedaan jenis kelamin dan
seksualitas melalui tokoh roti jahe berbentuk manusia (Cardona, 2015).
Buku The Gender Spectrum di dalamnya menyebutkan bahwa permainan Ginger Bread Person merupakan salah satu media edukasi yang dapat membantu dalam penyampaian materi mengenai gender dan seksualitas (Butler, 2013). Permainan Ginger Bread Person merupakan permainan papan bergambar
yang berbentuk roti jahe dan didalamnya berisikan materi tentang cara
membedakan gender. Anak-anak memainkan permainan ini dengan
mencocokkan gambar yang diberikan dengan boneka jahe yang sudah dibedakan
jenis kelaminnya. Adapun pada game ini anak-anak diarahkan untuk menentukan :
- Perbedaan seksual laki-laki dan perempuan;
- Ciri-ciri spesifik seorang laki-laki dan perempuan;
- Perbedaan sikap antara laki-laki dan perempuan;
- Perbedaan hak dan kewajiban seorang laki-laki dan perempuan.
Modifikasi permainan Ginger Bread Person yang dilakukan peneliti terletak
pada materi yang diberikan. Adapun materi-materi yang meliputi pengenalan seks dini termasuk :
- Pengenalan gender;
- Cara berpakaian;
- Tingkah laku yang baik dan benar untuk dilakukan;
- Mengajarkan anak untuk waspada pada orang lain baik sudah dikenal maupun tidak dikenal; dan
- Mengajarkan apa saja yang harus anak lakukan ketika menghadapi ancaman kekerasan seksual.
Anak-anak diberikan kartu bergambar
yang berbentuk pakaian laki-laki dan perempuan, tanda silang dan tanda centang
untuk menunjukkan bagian tubuh terlarang dan yang diperkenankan untuk
disentuh, kartu dengan bentuk tindakan yang harus di lakukan anak dan yang tidak
boleh dilakukan yang berhubungan dengan seksualitas serta perlindungan diri terhadap orang lain yang memiliki tujuan negatif.
Permainan ini juga mengajarkan
anak untuk membedakan jenis-jenis sentuhan yang mencurigakan dan tindakan
apa saja yang harus anak lakukan saat dalam ancaman kekerasan seksual yang
disampaikan melalui kartu berbentuk tindakan tersebut.
Permainan dimulai
dengan pengenalan materi terlebih dahulu dan kemudian dilanjutkan dengan
praktik menggunakan Ginger Bread Person dimana anak-anak akan
mencocokkan bagian-bagian yang tepat pada Ginger Bread Person dengan kartu
kartu yang sudah mereka pegang dengan Ginger Bread Person. Anak-anak juga akan memberikan apa yang mereka tempelkan pada bagian kartu yang menyatakan
anak untuk berteriak.
Program pencegahan kekerasan seksual yang berbasis pengajaran personal safety skills menunjukkan bahwa baik anak usia sekolah maupun prasekolah mendemonstrasikan peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam menjaga keselamatan diri dari tindakan kekerasan seksual. Metode penyampaian pengajaran dengan video, gambar dan permainan ternyata merupakan media yang cukup berhasil dalam pengajaran ini (Handayani, 2017).
Personal safety skills atau keterampilan keselamatan pribadi merupakan
seperangkat keterampilan yang perlu dikuasai oleh anak agar dapat menjaga
keselamatan dirinya juga dapat terhindar dari tindakan berupa kekerasan seksual.
Personal safety skills terdiri atas 3 (tiga) komponen keterampilan yang dikenal
dengan slogan 3 R (Recognize, Resist and Report).
Recognize
Recognize, yakni kemampuan anak mengenali ciri-ciri orang yang berpotensi melakukan kekerasan seksual (predator). Pada komponen recognize ini, anak diajari untuk mengenali bagian-bagian tubuh pribadi yang tidak boleh disentuh orang dan bagaimana mengatakan tidak saat orang lain melakukan sentuhan tidak aman (unsafe touch), menyuruh membuka baju atau memperlihatkan bagian tubuh pribadi, menyuruh anak melihat bagian tubuh pribadi sang pelaku dan memperlihatkan konten seksual.
Recognize, yakni kemampuan anak mengenali ciri-ciri orang yang berpotensi melakukan kekerasan seksual (predator). Pada komponen recognize ini, anak diajari untuk mengenali bagian-bagian tubuh pribadi yang tidak boleh disentuh orang dan bagaimana mengatakan tidak saat orang lain melakukan sentuhan tidak aman (unsafe touch), menyuruh membuka baju atau memperlihatkan bagian tubuh pribadi, menyuruh anak melihat bagian tubuh pribadi sang pelaku dan memperlihatkan konten seksual.
Anak diberikan kesadaran atas hak-hak pribadi
terhadap tubuhnya serta bagaimana mereka boleh menentukan siapa yang boleh
dan tidak boleh menyentuh bagian tubuhnya terutama yang sensitif atau yang
sangat pribadi. Dengan demikian anak diharapkan dapat membedakan pelaku
tindakan kekerasan seksual daripada orang lainnya yang berkomunikasi atau
melakukan kontak fisik dengannya
Resist
Resist, yakni kemampuan anak bertahan dari perlakuan atau tindakan kekerasan seksual, misalnya berteriak minta tolong, memberitahu orang lain bahwa orang yang menggandengnya bukanlah ayah atau ibunya dan sebagainya. Pada komponen resist ini anak diajari untuk mengidentifikasi sejumlah tindakan yang dapat ia lakukan ketika berhadapan dengan pelaku kekerasan seksual atau ketika berada dalam situasi yang memungkinkan terjadinya tindakan kekerasan seksual.
Resist, yakni kemampuan anak bertahan dari perlakuan atau tindakan kekerasan seksual, misalnya berteriak minta tolong, memberitahu orang lain bahwa orang yang menggandengnya bukanlah ayah atau ibunya dan sebagainya. Pada komponen resist ini anak diajari untuk mengidentifikasi sejumlah tindakan yang dapat ia lakukan ketika berhadapan dengan pelaku kekerasan seksual atau ketika berada dalam situasi yang memungkinkan terjadinya tindakan kekerasan seksual.
Anak diajari untuk dapat mengabaikan rayuan dan bujukan dari orang yang
berpotensi melakukan kekerasan seksual, mengatakan “Tidak!” atau “Stop!”
dengan lantang dan tegas pada orang yang mencoba melakukan tindak kekerasan
seksual pada mereka, melakukan tindakan perlawanan seperti memukul,
menggigit, menendang pada pelaku kekerasan seksual, melarikan diri dari pelaku
kekerasan seksual dan berteriak meminta pertolongan pada orang sekitar
Report
Report, yakni kemampuan anak melaporkan perilaku kurang menyenangkan secara seksual yang diterimanya dari orang dewasa, bersikap terbuka kepada orang tua agar orang tuanya dapat memantau kondisi anak tersebut. Pada komponen report anak diajari agar mampu bersikap terbuka atas tindakan kekerasan seksual yang diterimanya dan mampu melaporkan pelaku pada orang dewasa atau lembaga lain yang berkepentingan dan dipercaya oleh anak untuk membantunya.
Report, yakni kemampuan anak melaporkan perilaku kurang menyenangkan secara seksual yang diterimanya dari orang dewasa, bersikap terbuka kepada orang tua agar orang tuanya dapat memantau kondisi anak tersebut. Pada komponen report anak diajari agar mampu bersikap terbuka atas tindakan kekerasan seksual yang diterimanya dan mampu melaporkan pelaku pada orang dewasa atau lembaga lain yang berkepentingan dan dipercaya oleh anak untuk membantunya.
Oleh sebab itu, pemberian pendidikan seks pada anak lebih baik diberikan melalui media yang konkret seperti gambar, boneka dan binatang yang dapat dilihat oleh anak untuk mempermudah penyerapan pendidikan seksual yang diberikan demi menghidari kekerasan atau pelecehan seksual di kemudian hari.
Demikian penjelasan singkat mengenai Permainan Ginger Bread Person yang dirangkum dari berbagai sumber, semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian. Jika ada pertanyaan atau tanggapan sehubungan dengan artikel ini, silahkan tinggalkan pesan atau komentar di akhir postingan. Terima kasih.