Faktor Pentingnya Pendidikan Agama Islam
Di dalam proses belajar mengajar terdapat 5 (lima) faktor yang ikut menentukan berhasil tidaknya pendidikan Agama Islam. Adapun kelima faktor tersebut adalah sebagai berikut:
- Konsepsi Islam Tentang Pendidik;
- Konsepsi Islam Tentang Anak Didik;
- Konsepsi Islam Tentang Lingkungan;
- Konsepsi Islam Tentang Lembaga Pendidikan; dan
- Konsepsi Islam Tentang Alat Pendidikan.
Konsepsi Islam tentang Pendidik
Dalam melaksanakan pendidikan Agama Islam, pertama pendidik
sangat penting artinya dalam proses pendidikan karena dia yang
bertanggung jawab dan menentukan arah pendidikan tersebut. Itulah
sebabnya Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang
berilmu pengetahuan yang bertugas sebagai pendidik karena memiliki ilmu
pengetahuan untuk melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.
Di pundak
pendidik terletak tanggung jawab yang amat besar dalam upaya
mengantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan cultural transition yang
bersifat dinamis ke arah suatu perubahan secara berkelanjutan, sebagai sarana vital
bagi membangun kebudayaan dan peradaban umat manusia. Dalam hal ini,
pendidik bertanggung jawab memenuhi kebutuhan peserta didik, baik
spiritual, intelektual, moral, estetika maupun kebutuhan fisik peserta didik.
Dalam pendidikan Agama Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki karakteristik
yang dapat membedakannya dari yang lain. Dengan karakteristik menjadi ciri
dan sifat yang akan menyatu dalam seluruh totalitas kepribadianya. Totalitas tersebut kemudian akan teraktualisasi melalui seluruh perkataan dan
perbuatnya. Dalam hal ini, karakteristik pendidik muslim kepada beberapa
bentuk, yaitu:
- Mempunyai watak dan sifat Rubbaniyah yang terwujud dalam tujuan, tingkah, laku, dan pola pikirnya;
- Bersifat ikhlas, melaksanakan tugasnya sebagai pendidik semata-mata untuk mencari keridhaan Allah SWT dan menegakkan kebenaran;
- Bersifat sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada peserta didik;
- Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi sesuai dengan prinsip-prinsip penggunaan metode pendidikan;
- Mampu mengelola kelas dan peserta didik, tegas dalam bertindak dan proporsional; dan
- Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang dapat mempengaruhi jiwa, keyakinan atau pola berpikir peserta didik.
Pendidik mempunyai tugas yang mulia sehingga Islam memandang
pendidik mempunyai derajat yang lebih tinggi dari pada orang-orang
yang tidak berilmu dan orang-orang yang bukan sebagai pendidik. Tetapi
disamping itu orang-orang yang berilmu tidak boleh menyembunyikan ilmu-ilmu yang dimilikinya itu untuk dirinya sendiri melainkan
memberikannya kepada orang lain agar mereka menjadi berilmu (pandai).
Di dalam hal pendidik diwajibkan kepada para pendidik Islam harus
memiliki adab yang baik karena anak didiknya sebagai contoh yang
harus diikutinya dan hal ini harus diinsafi oleh pendidik. Mata para anak
didik selalu tertuju kepadanya dan telinganya selalu mendengarkan
tentangnya, maka bila ia menganggap jelek berarti jelek pula disisi
mereka. Tugas lain ialah memiliki pengetahuan yang diperlukan
pengetahuan-pengetahuan keagamaan dan lain-lainya.
Pengetahuan ini
tidak sekedar diketahui, tetapi juga diamalkan dan diyakininya
sendiri. Ingatlah bahwa kedudukan pendidik adalah pihak yang lebih
dalam situasi pendidikannya. Harus pula diingat bahwa pendidik adalah
manusia dengan sifat-sifatnya yang tidak sempurna. Oleh karena itu, si
pendidik harus selalu meninjau diri sendiri dari reaksi si anak, dari hasil- hasil usaha pendidikan, pendidik dapat memperoleh bahan-bahan
kesamaan dari pihak si terdidik. Kecaman yang membangun pun besar
sekali nilainya.
Konsepsi Islam tentang Anak Didik
Pengertian anak didik dalam hubungannya perkembangan anak
secara dengan sengaja agar anak itu dapat mencapai kedewasaanya, hal ini hanyalah berlaku bagi orang yang belum dewasa, dalam hal ini anak.
Adapun yang memberikan bantuan atau yang mempengaruhi anak didik itu
dengan sengaja haruslah orang yang sudah dewasa yang dalam kejadian ini
kita namakan pendidik. Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan
secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada anak didik sesuai dengan
perkembangan jasmaniah dan rohaniah kearah kedewasaan.
Anak didik di dalam mencari nilai-nilai hidup harus dapat bimbingan
sepenuhnya dari pendidik karena menurut ajaran Islam, saat anak dilahirkan
dalam keadaan lemah dan suci (fitroh) sedangkan alam sekitarnya akan
memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidik agama anak didik.
Dalam hal ini, keharusan mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh
sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan yang antara lain dapat
dikemukakan sebagai berikut :
- Aspek Paedagogis;
- Aspek Sosiologis dan Cultural;
- Aspek Tauhid
Aspek Paedagogis
Dalam aspek ini, para ahli didik memandang manusia sebagai
animal educandum, makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam
kenyataan manusia dapat dikatagorikan sebagai animal yang artinya binatang
yang dapat dididik. Sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat
dididik melainkan hanya dilatih secara dresser artinya latihan untuk
mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis, tidak berubah. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya dapat dididik dan dikembangkan
kerah yang diciptakan, setaraf dengan kemampuan yang dimilikinya.
Aspek Sosiologis dan Cultural
Menurut ahli sosiologis, pada prinsipnya manusia adalah mosciu yaitu makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar atau yang
memiliki insting untuk hidup bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial,
manusia yang memiliki rasa tanggung jawab sosial yang diperlukan
dalam mengembangkan hubungan timbal balik dan saling pengaruh
mempengaruhi antara sesama anggota masyarakat dalam kesatuan hidup
mereka.
Apabila manusia sebagai makhluk itu berkembang, maka berarti
merupakan makhluk yang berkebudayaan, baik moral maupun material.
Diantara satu insting manusia adalah adanya kecenderungan
mempertahankan segala apa yang dimilikinya termasuk kebudayaannya dan transmisi (pemindahan dan penyaluran serta pengoperan)
kebudayaan kepada generasi yang akan menggantikan di masa
mendatang
Aspek Tauhid
Aspek tauhid ini ialah aspek pandangan yang mengakui bahwa
manusia adalah makhluk yang berketuhanan, yang menurut istilah ahli disebut homodivinous (makhluk yang percaya adanya Tuhan) atau
disebut juga homoreligious artinya makhluk yang beragama. Adapun
kemampuan dasar yang menyebabkan manusia menjadi makhluk yang
berketuhanan atau beragama adalah di dalam jiwa manusia terdapat
insting yang disebut insting religious (insting percaya pada Agama). Itulah sebabnya tanpa melalui proses pendidikan insting religious
tersebut tidak akan mungkin dapat berkembang secara wajar.
Dengan
demikian, pendidikan keagamaan mutlak diperlukan untuk
mengembangkan insting religius tersebut untuk mendapatkan
pengetahuan, keaktifan dan kemampuan tersebut maka anak perlu
mendapatkan pendidikan dari pihak-pihak yang bertanggung jawb atau
pendidik. Berbeda dengan anak hewan, begitu ia lahir induknya
membiarkan anaknya tumbuhnya dan berkembang menjadi hewan dewasa karena
hewan umumnya telah diberi perlengkapan yang memungkinkan untuk
berkembang mencapai kedewasaan, yaitu insting yang dimilikinya.
Konsepsi Islam tentang Lingkungan
Lingkungan merupkan salah satu faktor pendidikan yang ikut serta
menentukan corak pendidikan agama Islam yang tidak sedikit pengaruhnya
terhadap anak didik. Lingkungan yang dimaksud disini ialah lingkungan yang
berupa keadaan sekitar yang mempengaruhi pendidikan anak. Untuk
melaksanakan Pendidikan Agama Islam di dalam lingkungan ini perlu
kiranya diperhatikan faktor-faktor yang ada di dalamnya sebagaimana di bawah ini :
- Perbedaan Lingkungan Keagamaan; dan
- Latar Belakang Pengenalan Anak Tentang Keagamaan.
Perbedaan Lingkungan Keagamaan
Adapun yang dimaksud dengan lingkungan ini ialah lingkungan alam
sekitar dimana anak didik berada yang mempunyai pengaruh terhadap
perasaan dan sikapnya akan keyakinan atau agamanya. Lingkungan ini
besar sekali perananya terhadap keberhasilan atau tidaknya pendidikan
agama karena lingkungan ini memberikan pengaruh yang positif maupun
yang negatif terhadap perkembangan anak didik.
Adapun yang dimaksud dengan
pengaruh positif ialah pengaruh lingkungan yang memberi dorongan atau
motivasi serta rangsangan kepada anak didik untuk berbuat atau
melakukan segala sesuatu yang baik, sedangkan pengaruh yang negatif
ialah sebaliknya yang berarti dorongan terhadap anak didik untuk menuju
ke arah yang baik.
Dengan faktor lingkungan yang demikian itu yakni yang
menyangkut pendidikan Agama perlu anak didik diberi pengertian dan
pengajaran dasar-dasar keimanan karena Allah SWT telah menciptakan
manusia dan seluruhnya isi alam ini dengan berbagai ragam, mulai dari
keyakinan, keagamaan, jenis suku bangsa dan sebagainya. Adapun lingkungan yang dapat memberi pengaruh terhadap anak
didik ini dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu :
- Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap Agama.
Kadang-kadang anak mempunyai apresiasi unilistis, untuk itu ada kalanya keberatan terhadap pendidikan Agama dan ada kalanya menerima agar sedikit mengetahui masalah itu - Lingkungan yang berpegang teguh kepada tradisi Agama tetapi tanpa
keinsafan batin
Biasanya lingkungan yang demikian itu menghasilkan anak-anak beragama yang secara tradisional tanpa kritik atau beragama secara kebetulan. - Lingkungan yang mempunyai tradisi Agama dengan sadar dan hidup
dalam lingkungan Agama.
Bagi lingkungan yang kurang kesadaranya, anak-anak akan mengunjungi tempat tempat ibadah dan ada dorongan orang tua, tetapi tidak kritis dan tidak ada bimbingan. Sedangkan bagi lingkungan agama yang kuat kemungkinan hasilnya akan lebih baik dan bergantung kepada baik buruknya pimpinan dan kesempatan yang diberikan.
Latar Belakang Pengenalan Anak Tentang Keagamaan
Di samping pengaruh perbedaan lingkungan anak dari kehidupan
Agama, maka timbul suatu masalah yang ingin diketahui anak tentang seluk
beluk agama seperti anak menanyakan tentang siapa Tuhan itu, dimana letak
surga dan neraka itu, siapa yang membuat alam ini dan sebagainya. Masalah-masalah tersebut perlu mendapat perhatian sepenuhnya dari pada pendidik
(orang tua dan guru Agama) untuk memecahkan masalah ini perlu
mengadakan pendekatan-pendekatan terhadap anak didik untuk memberi
penjelasan dan membawanya agar anak didik menyadari dan melaksanakan
apa yang diperintahkan dan dilarang agama serta mengerjakan hal-hal yang
baik dan beramal sholeh.
Oleh karena itu para pendidik baik orang tua, guru dan orang-orang dewasa harus dapat membawa anak didik kearah kehidupan
keagamaan sesuai dengan ajaran agama Islam. Inilah salah satu tugas bagi seorang pendidik ialah menyiapkan anak
agar dapat mencapai tujuan hidupnya yang utama, yaitu menyiapkan diri
untuk masa yang akan datang.
Dengan demikian agar tidak menimbulkan
keraguan-keraguan terhadap anak didik akan Agama ini, maka sejak kecil
sebelum menginjak usia sekolah harus ditanamkan keagamaan sebab anak
pada saat yang demikian ini dalam keadaan masih bersih dan mudah
dipengaruhi atau dididik ia ibarat kertas putih bersih belum ada coretan tinta
sedikitpun.
Konsepsi Islam tentang Lembaga Pendidikan
Berbicara tentang lembaga pendidikan, maka akan menyangkut
masalah siapa yang bertanggung jawab atas penyelengaraan pendidikan
di dalam lembaga itu. Oleh karena itu, sehubungan dengan hal itu perlu
dibicarakan pula tempat-tempat dimana pendidikan itu dilaksanakan. Pada
garis besarnya, lembaga-lembaga pendidikan itu dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu sebagai berikut :
- Keluarga;
- Sekolah; dan
- Masyarakat.
Keluarga
Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang
pertama, tempat anak didik pertama-tama menerima pendidikan dan
bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga lainya. Di dalam
keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih muda karena pada usia ini anak lebih peka
terhadap pengaruh dari pendidikannya (orang tuanya dan anggota yang
lainya). Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka karena dari merekalah anak mula-mula menerima
pendidikan.
Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat
dalam kehidupan keluarga terutama pendidikan Islam dalam keluarga
adalah sangat besar pengaruhnya terhadap kepribadian anak didik karena
itu suasana pendidikan yang telah dialaminya pertama-tama akan selalu
menjadi kenangan sepanjang hidupnya.
Pendidikan Islam di dalam
keluarga ini diperlukan pembiasaan dan pemeliharaan dengan rasa kasih
sayang dari orang tuanya terutama. Hal ini adalah wajar karena masa
kanak-kanak orang tuanyalah yang memegang peranan penting dalam
pedidikan sebagai akibat adanya hubungan darah. Orang tua yang
menyadari akan mendidik anaknya ke arah tujuan pendidikan Islam yaitu
anak dapat berdiri sendiri dengan kepribadian muslim.
Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting sesudah keluarga karena makin besar kebutuhan anak, maka orang tua menyerahkan
tangggung jawabnya sebagian kepada lembaga sekolah ini. Sekolah
berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam mendidik anak. Sekolah juga
memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak-anak mengenai apa
yang tidak dapat atau tidak ada kesempatan orang tua untuk memberikan pendidikan dan pengajaran didalam keluarga.
Guru adalah pendidik
professional karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya
menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang
terpikul di pundak para orang tua. Mereka ini tatkala menyerahkan
anaknya ke sekolah sekaligus berarti melimpahkan sebagian tanggung
jawab pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan pula
bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada semua
guru atau sekolah karena tidak sembarang orang dapat menjabat Guru.
Tugas guru dan pemimpin sekolah disamping memberikan ilmu
pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan juga mendidik anak
beragama. Disinilah sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam
memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak didik. Pendidikan
budi pekerti dan keagamaan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah
haruslah merupakan kelanjutan, setidak-tidaknya jangan bertentangan
dengan apa yang diberikan dalam keluarga.
Bagi setiap muslim yang
benar-benar beriman dan melaksanakan ajaran-ajaran Islam, mereka
berusaha untuk mamasukkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah yang
diberikan pendidikan agama atau ke sekolah umum yang memberikan
pendidikan Agama secara terpisah pada jam-jam tertentu. Dalam hal ini
mereka mengharapkan agar anak didiknya kelak memiliki kepribadian
yang sesuai dengan ajaran Islam atau dengan kata lain berkepribadian
muslim. Adapun yang dimaksud kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek baik tingkah lakunya, kegiatan jiwanya maupun filsafat
hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan,
penyerahan diri kepada-Nya
Masyarakat
Lembaga pendidikan masyarakat merupakan lembaga pendidikan
yang ketiga sudah keluarga dan sekolah. Pendidikan ini telah dimulai
sejak anak-anak untuk beberapa jam sehari lepas dari asuhan keluarga dan
berada diluar sekolah. Corak ragam pendidikan yang diterima anak didik
dalam masyarakat ini banyak sekali, yaitu meliputi segala bidang baik
pembentukan kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap dan minat maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Masyarakat turut serta
memikul tanggung jawab pendidikan.Secara sederhana masyarakat dapat
diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh
kesatuan Negara. Kebudayaan dan agama setiap masyarakat mempunyai
cita-cita, peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu.
Pendidikan dalam pendidikan masyarakat ini boleh dikatakan pendidikan
secara tidak langsung, pendidikan yang dilaksanakan dengan tidak sadar
oleh masyarakat dan anak didik sendiri secara tidak sadar atau tidak
mendidik dirinya sendiri mencari pengetahuan dan pengalaman sendiri,
mempertebal keimanan serta keyakinan akan nilai-nilai kesusilaan dan
keagamaan di dalam masyarakat.
Dengan demikian, dipundak mereka terpikul keikutsertaan membimbing pertumbuhan dan perkembangan
anak. Ini berarti bahwa pemimpin dan penguasa dari masyarakat ikut
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan sebab tanggung
jawab pendidikan pada hakekatnya merupakan tanggung jawab moral
setiap orang dewasa baik sebagai seseorang maupun sebagai kelompok
sosial. Tanggung jawab ini ditinjau dari segi ajaran Islam secara implisit
mengandung pula tanggung jawab pendidikan.
Konsepsi Islam tentang Alat Pendidikan
Sebagaimana telah dibicarakan beberapa faktor pendidikan sangatlah
menunjang hasil atau tidaknya proses pendidikan. Pada bagian ini akan
dibicarakan faktor pendidikan yang lain berupa alat pendidikan yang
memperlancar pelaksanaan proses pendidikan. Adapun yang dimaksud alat
pendidikan disini adalah segala sesuatu atau hal-hal yang bisa menunjang
kelancaran dari proses pelaksanaan pendidikan. Alat pendidikan ini berupa
segala tingkah laku perbuatan (teladan), anjuran atau perintah, larangan, dan
hukuman.
- Tingkah Laku Perbuatan Atau Teladan;
- Anjuran Atau Perintah;
- Larangan; dan
- Hukuman.
Tingkah Laku Perbuatan Atau Teladan
Segala tingkah laku perbuatan dan cara-cara berbicara akan mudah
ditiru atau diikuti oleh anak didik. Oleh karena itu sebagai pendidik dalam
hal ini harus memberikan contoh yang baik agar anak didiknya dengan
mudah meniru apa yang dilakukan oleh pendidiknya. Hal yang demikian
ini dapat melihat dorongan meniru pada anak-anak. Dengan contoh tingkah laku perbuatan, timbul gejala identifikasi yaitu penyamaan diri
dengan orang yang ditiru.
Hal ini sangat penting dalam pembentukan
kepribadian anak didik. Ini merupakan suatu proses yang ditempuh anak
didik dalam mengenal nilai-nilai kehidupan. Mula-mula nilai-nilai
kehidupan itu diserap anak didik tidak terasa kemudian hal ini dapat
dimilikinya seperti ia mengikuti cara sembahyang yang dilakukan oleh
orang-orang yang melakukanya. Dengan cara yang demikian itu, akhirnya
anak dapat mengerjakan sembahyang sendiri dengan kesadaran.
Anjuran Atau Perintah
Apabila dalam contoh perbuatan tingkah laku tersebut anak didik
dapat memperhatikan dan melihat apa yang dilakukan oleh orang lain
(pendidik), maka dalam anjuran atau perintah ini anak didik dapat
mendengar apa yang harus dilakukan.
Larangan
Larangan adalah suatu usaha yang tegas menghentikan perbuatan-perbuatan yang ternyata salah dan merugikan yang
bersangkutan. Larangan ini merupakan suatu keharusan untuk tidak
melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya, larangan mempersekutukan
Allah, berlaku sombong dan sebagainya.
Hukuman
Setelah larangan yang diberikan ternyata masih adanya pelanggaran
yang dilakukan tibalah waktunya memberikan hukuman. Ini umumnya membawa hal-hal yang tidak menyenangkan yang biasanya tidak
diinginkan. Hukuman ini agar yang bersangkutan tidak mengulang
perbuatan yang terlarang itu.
Demikian penjelasan singkat mengenai Faktor Pentingnya Pendidikan Agama Islam yang dirangkum dari berbagai sumber, semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian. Jika ada pertanyaan atau tanggapan sehubungan dengan artikel ini, silahkan tinggalkan pesan atau komentar di akhir postingan. Terima kasih.