Bentuk dan Hukum Wasiat dalam Islam
Bentuk Wasiat dalam Islam
wasiat Jika dilihat pada penerima, lafaz dan harta yang di wasiatkan secara terperinci, maka wasiat terbagi kepada 4 (empat) jenis yaitu :
- Wasiat Mutlak;
- wasiat Bersyarat;
- wasiat Am; dan
- wasiat Khas.
Wasiat Mutlak
Wasiat mutlak ialah wasiat yang dilakukan dengan bebas atau tidak terikat dengan syarat-syarat tertentu yang dikenakan ke atas harta yang diwasiatkan oleh pewasiat. Oleh karena menurut mazhab Syafie dan Hanbali, kesan dari wasiat mutlak ini adalah ia akan berkuasa selama-lamanya.
Wasiat Bersyarat
Wasiat bersyarat adalah wasiat yang mempunyai syarat-syarat tertentu yang diberikan oleh pewasiat. Para fuqaha berpendapat bahwa sah adanya syarat-syarat dalam wasiat asalkan ia tidak menyalahi syarak baik yang berkaitan dengan harta, tujuan atau cara mengerjakannya dan hendaklah wasiat itu membawa kebaikan kepada penerima, pewasiat atau selainnya.
Oleh karena itu, wasiat yang mempunyai syarat-syarat yang sah akan mengikat penerima wasiat untuk menerima wasiat berserta syarat-syaratnya atau menolak wasiat tersebut. Seandainya syarat-syarat yang terkandung didalam wasiat adalah sah disisi syarak tetapi tidak dipenuhi oleh penerima wasiat maka wasiat itu menjadi batal.
Wasiat Am
Wasiat am adalah wasiat yang dibuat berbentuk umum seperti kepada penduduk sebuah kampung atau bandar. Wasiat ini untuk semua penduduk tempat yang diwasiatkan tersebut baik yang beragama Islam maupun tidak beragama Islam. Menurut Imam Syafie, jumlah penduduk sesuatu tempat tersebut yang menerima wasiat paling kurang 3 (tiga) orang. Mazhab Hanafi, Abu Yusuf berpendapat cukup hanya diberikan kepada satu orang saja. Sedangkan Muhammad Hasan al-Syaybani sekurang-kurangnya diberikan 2 (dua) orang dari mereka.
Jika pewasiat menyatakan golongan penerima wasiat tidak jelas yaitu hanya secara umum saja seperti mewasiatkan kepada fakir miskin maka menurut pendapat Imam Syafie harta yang diwasiatkan itu hendaklah digunakan untuk kepentingan fakir miskin di tempat harta itu berada. Harta yang diwasiatkan itu boleh diberikan kepada daerah atau negeri lain yang berdekatan sekiranya harta itu terlalu banyak dan penduduk di kawasan tersebut menerima bagian memadai dan mencukupi untuk keperluan hidup mereka.
Pewasiat yang hendak mewasiatkan harta hendaklah menyatakan dengan jelas dan tepat supaya tidak menimbulkan kekeliruan. Pewasiat yang berwasiat dengan harta dan kadarnya yang dinyatakan dalam bentuk umum yang mengelirukan, sebagai contoh: berikan sedikit pemberian atau sebahagian atau sesuatu dari pada hartaku setelah kematianku atau berikan sesuatu kepada simpulan setelah kematianku maka menurut pendapat fuqaha termasuk Imam Syafie, Imam Hanafi, Imam Hanbali dan lain-lain hanya ahli waris pewasiat yang berhak menentukan maksud sebenar yang terkandung dalam pemberian itu.
Wasiat Khas
Wasiat khas adalah wasiat yang dikhususkan untuk pihak tertentu. Terdapat kemungkinan pewasiat dalam berwasiat kepada seseorang yang tertentu membuat perbandingan kadar yang hendak diwasiatkan dengan kadar yang sepatutnya diterima oleh salah seorang ahli waris pewasiat. Sebagai contoh, pewasiat mewasiatkan supaya memberikan hartanya kepada seseorang tertentu dengan kadar yang sama banyak dengan kadar anak laki-lakinya. Maka perlu dipastikan pewasiat ada meninggalkan anak laki-laki atau tidak.
Menurut pendapat Imam Syafie, Imam Hanafi, al- Sha’bi, al-Nakha’i dan al-Thawri. Seandainya pewasiat mewasiatkan bagian anak laki-lakinya sedangkan ia mempunyai seorang saja anak maka kadar pemberian wasiat yang membenarkan ialahsetengah bagian harta tetapi jika anaknya tidak setuju, maka wasiat itu hanya 1/3 (sepertiga) bagian saja. Seterusnya, jika diwasiatkan dengan kadar bagian anak-anaknya dan pewasiat hanya ada 2 (dua) orang anak saja maka penerima wasiat berhak mendapat 1/3 (sepertiga) bahagian harta saja.
Namun, demikian seandainya pewasiat mempunyai seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan dan pewasiat berwasiat supaya diberikan kepada penerima wasiat sebagaimana bagian salah seorang anaknya maka disini penerima wasiat berhak menerima kadar bagian harta yang diterima oleh anak perempuan karena itu adalah kadar yang terendah yang boleh diberikan kepadanya dan sekiranya pewasiat mewasiatkan dengan kadar bagian anaknya sedangkan anaknya kafir, pembunuh atau sebagainya yang terhalang secara langsung dari pada menerima harta warisan maka wasiat yang demikian adalah batal karena harta itu di wasiatkan seperti bagian mereka tidak berhak mendapat bagian dari harta warisan.
Hukum Wasiat dalam Islam
Sebagaimana yang telah dinyatakan dalam penjelasan di atas bahawa wasiat adalah amalan yang digalakkan dalam hal kebajikan dan dibolehkan untuk selain ahli waris, cuma dalam beberapa keadaan ia mungkin keluar dari sunat tersebut kepada hukum yang lain, yaitu :
Wajib
Hukum wasiat menjadi wajib sekiranya terdapat tanggung jawab syari yang harus dilaksanakan kepada Allah SWT dan manusia yang harus dilaksanakan, sedemikian sehingga khawatir jika tidak diwasiatkan hal itu tidak sampai kepada yang berhak seperti zakat dan haji dan dia bimbang harta ini akan habis sekiranya tidak diwasiatkan.
Mustahab
Wasiat hukumnya mustahab (sangat dianjurkan) dalam perbuatan takarrub (pendekatan diri kepada Allah swt) yaitu dengan mewasiatkan sebagian dari harta yang ditinggalkan untuk diberikan kepada para sanak kerabat yang miskin (terutama yang tidak akan menerima bahagian harta warisan) atau orang-orang shaleh yang memerlukan atau hal-hal yang berguna bagi masyarakat seperti pembangunan lembaga pndidikan, kesehatatan sosial dan sebagainya.
Haram
Hukum wasiat menjadi haram menurut syara’ jika dia mewasiatkan perkara yang diharamkan melakukannya seperti mewasiatkan arak atau mewasiatkan sesuatu yang boleh mencemar akhlak masyarakat, selain haram wasiat seperti ini tidak boleh dilaksanakan. Wasiat yang diharamkan adalahwasiat yang bertujuan menyusahkan ahli waris dan menghalang mereka daripada menerima bagian yang di tetapkan oleh syarak.
Allah melarang wasiat yang bertujuan menyusahkan (memudharatkan) orang lain, dalam firman Allah SWT berfirman wasiat-wasiat tersebut hendaknya tidak mendatangkan mudharat (kepada waris-waris). (setiap satu hukum itu) ialah ketetapan dari Allah SWT dan ingatlah Allah SWT maha mengetahui lagi maha penyabar.
Harus (Mubah)
Hukum wasiat menjadi harus (mubah) sekiranya wasiat ditujukan untuk sahabat atau orang kaya yang mana mereka bukan dari golongan yang berilmu dan shaleh. Jika wasiat bertujuan baik dan bertujuan untuk menghubungkan silaturahmi maka wasiat ini dia anggap sunah kerana ia bertujuan mentaati Allah SWT.
Makruh
Wasiat adalah makruh sekiranya pewasiat seorang kurang berada dan memiliki waris-waris yang miskin serta memerlukan harta. Wasiat juga makruh sekiranya diberikan kepada orang yang fasik dan jahat serta pewasiat merasakan kemungkinan besar harta ini akan digunakan kearah kejahatan.
Demikian penjelasan singkat mengenai Bentuk dan Hukum Wasiat dalam Islam yang dirangkum dari berbagai sumber, semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian. Jika ada pertanyaan atau tanggapan sehubungan dengan artikel ini, silahkan tinggalkan pesan atau komentar di akhir postingan. Terima kasih.